Nikmatnya Menyeruput Teh Talua


Minuman teh talua atau teh telur amat populer di Ranah Minang. Hidangan ini selalu tersedia di rumah makan, juga mudah didapat di kedai makanan hingga di gerobak dorong di tiap persimpangan jalan. Di pagi hari di kedai-kedai, teh talua dijual untuk pelengkap sarapan. 

Di Padang, biasanya menu sarapan di kedai-kedai terdiri dari lontong gulai pakis dan gulai nangka, bubur kampium atau pisang goreng campur ketan. Sedangkan malam hari, teh talua dijual di gerobak dorong bersama minuman tradisional lainnya seperti air daun kacang dan cincau hijau.

Salah satu kedai yang menjual sarapan yang ada teh talua ini adalah sebuah bopet (kedai makanan) di Simpang Haru, Padang. Saban pagi selalu penuh dengan pelanggan yang sarapan dan kebanyakan pria. Menu yang tertulis di dinding adalah nasi goreng, ketupat gulai paku, lontong pical, teh manis, dan kopi.  Dan tentunya teh talua, minuman yang dianggap meningkatkan stamina.

Saya memesan sepiring ketupat gulai paku dan segelas teh talua, Rabu, 4 April 2012. Ini pasangan yang paling pas. Tak lama ketupat gulai paku yang berkuah hijau terhidang di meja. Namun teh talua baru tiba lima menit kemudian. Pemilik kedai terlihat masih membuatnya dengan mengocok telur dalam gelas dengan seikat lidi hingga berbuih. 

Teh talua pesanan saya datang. Minuman ini dihidangkan dalam gelas dengan buih yang tinggi melebihi wadahnya. Ditadahnya ada seiris jeruk nipis. Jeruk ini diperas saat akan menikmati teh talua agar aromanya lebih segar.

Saya mulai menyeruput teh talua yang hangat pelan-pelan. Rasanya mirip teh manis campur susu, namun lebih lembut dan berbuih karena menggunakan telur. Tak tercium aroma telur yang amis. Padahal yang digunakan itu telur mentah. Hingga sesapan pada buih terakhir, sensasi kelembutan minuman ini masih terasa. Membuat saya ingin memesannya lagi, tapi sudah kekenyangan.

Saya melirik ke sekitar. Pelanggan lainnya adalah bapak-bapak yang sedang sarapan sambil ngobrol dan membaca koran yang tersedia di meja. Beberapa dari mereka juga memesan teh talua. 

Cara membuat teh talua ini memang mirip membuat kue bolu. Menurut Rahmi, sang penjual, membuatnya gampang-gampang susah. 

“Rahasianya agar tidak amis, mengocoknya harus pakai lidi. Enggak bisa pakai mixer atau kocokan telur dari kawat, dan wadah yang digunakan harus benar-benar kering,” kata Rahmi.

Saya menyaksikan Rahmi membuat teh talua untuk pelanggan yang baru datang. Tangannya cekatan membelah dua telur ayam kampung. Lalu putih telurnya dikeluarkan dengan cara menukar letak kuning telur ke kanan dan kiri cangkang hingga putihnya keluar. Namun kuning telurnya tetap utuh.

Kuning telur ini dimasukkan dalam gelas dan dicampur dua sendok makan gula pasir lalu dikocok dengan seikat kecil lidi hingga berbuih dan memutih. Kemudian dimasukkan sedikit bubuk vanili.

Sementara itu, bubuk teh diseduhnya dengan air yang menggelegak hingga warnanya kemerahan. Setelah telur yang dikocok di dalam gelas menjadi kaku dan memutih, teh panas ini dimasukkan sedikit demi sedikit dan ditambah dengan perasan jeruk nipis lalu diaduk pelan. Buih telur langsung terlihat mengapung di gelas, berwarna krem. Terakhir, Rahmi menambahkan susu kental manis putih ke atasnya.

Segelas teh telur yang nikmat namun cukup rumit membuatnya ini harganya hanya Rp 6 ribu rupiah segelas. 

Saya beruntung dapat resep dan melihat langsung cara pembuatannya, bisa dipraktekkan di rumah. 

Sumber : tempo(dot)com